LANGKAR.ID, Banjarbaru – Momentum Hari Nelayan dan menyambut Hari Bumi Sedunia dimanfaatkan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalimantan Selatan (Kalsel) mengelar diskusi bersama dengan jaringan masyarakat sipil.
Diskusi yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama itu mengangkat tema “Nasib Lingkungan, Rakyat dan Nelayan Ditengah Krisis Iklim”.
Diskusi ini dipantik oleh mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Hairansyah Akhmad atau biasa disapa Ancah dan juga oleh ustadz Khairullah Zain.
Kisworo Dwi Cahyono selaku Direktur Eksekutif Walhi Kalsel mengatakan, kegiatan ini juga media silaturahmi dan konsolidasi terkait dengan kondisi lingkungan hidup dan keselamatan rakyat di Kalsel.
Turut hadir warga Barito Kuala juga yang sedang berkonflik, forum pedagang kaki lima lapangan murjani, mahasiswa, pecinta alam, dan jaringan masyarakat sipil lainnya di Kalsel.
“Ramadhan tahun ini bertepatan dengan Hari Nelayan Nasional dan Hari Bumi Sedunia, ini merupakan momen yang tepat untuk melakukan diskusi dan konsolidasi,” kata Kisworo dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Kamis (20/4/2023).
Kiss sapaan akrabnya juga mengatakan bahwa banyak sekali kasus konflik agraria yang menghilangkan nyawa.
“Dua kasus yang mengemuka yaitu advokat dan seorang lansia yang meregang nyawa akibat konflik tambang,” ungkapnya.
Sementara itu, Khairansyah Akhmad mengatakan dalam diskusi bahwa 18 persen orang Indonesia tidak percaya dengan perubahan iklim akibat perbuatan manusia.
Dia mengatakan ketidakpercayaan terhadap perubahan iklim tersebut juga membuat masyarakat secara umum masih bertahan pada sektor yang tidak ramah lingkungan.
“Selain daerah Barito Kuala, sebagai contoh daerah Kecamatan Gambut sekarang sudah tidak dapat bercocok tanam akibat ekspansi perumahan dan dampak perubahan iklim,” ujar Ancah sapaan akrabnya.
Senada dengan Ancah, Khairullah Zain menambahkan dalam perspektif spiritual, kita seperti memiliki iman yang disalahgunakan. Bahkan dalam perjalannya, sebelum penciptaan manusia, malaikat sudah mengatakan bahwa manusia akan menjadi perusak.
“Dalam surah Ar Rum dan Al Baqarah juga tertuang bahwa manusia membuat kerusakan di bumi, udara dan laut,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, selain kesadaran soal ibadah ritual. Penting juga untuk masyarakat sadar dan kritis terhadap lingkungan dan perjuangan kelas.
Dia mencontohkan kisah para Nabi yang menurutnya merupakan aktivisme, bukan hanya syariat.
“Saling tolong menolong harus juga menjadi yang utama dalam kehidupan spiritual dan berjuang termasuk dalam ketaqwaan seseorang. Semoga Ramadhan tahun ini mampu membuat kita semakin peduli terhadap keselamatan rakyat dan lingkungan,” pungkasnya.