LANGKAR.ID BANJARMASIN – Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) menayangkan perdana Film lokal produksi tahun 2022 berjudul “Samamah” Jumat (28/4/2023) sore.
Mereka juga mengundang empat panelis yang mengomentari film lokal yang ditayangkan di Studio Sastro Harjo RRI Banjarmasin.
Setelah menyaksikan film berdurasi 40 Menit itu, dengan gambaran tentang kehidupan warga Tionghoa dan Banjar menuai beragam kritik dan saran
Dimulai dari Panelis Nanik Hayati yang memiliki latar belakang seorang Jurnalis Televisi mengatakan, film ini luar biasa, meskipun produk lokal namun karakter penjiwaannya bagus, alur ceritanya pun bisa menyentuh hati dan mengaduk emosi penonton.
“Perpaduan budaya harmoni keluarga. Akulturasi dalam sebuah keluarga perkawinan berbeda etnis, tetapi masing-masing termasuk dalam hal agama tidak mencampuradukan. Film ini berakhir cinta damai, happy ending,” ujarnya.
Kemudian, panelis Anjar Wulandari dari Jurnalis Cetak mengatakan, kendati baru pertama menyaksikan film lokal, dengan budget Rp 80 Juta film ini bagus dan bisa dinikmati.
“Ceritanya menarik, ada kritik sosial, cinta, konflik dan lainnya. Banyak pembelajaran bisa diambil,” ujarnya.
Sementara itu, Panelis Berry Nahdian Furqon, menilai, film sudah mampu memberikan produk yang bagus, mampu menyentuh emosional.
“Saya melihat film ini ingin mengangkat pembauran warga Tionghoa, semoga nanti akan lebih mendalam lagi penggarapannya,” tutur Berry.
Sedangkan panelis Munir Shadikin yang juga tim dalam pembuatan film tersebut mengatakan, pihaknya mengangkat tema sosial yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat.
“Ke depan kami akan membuat lagi film dokumenter, tujuannya untuk meningkatkan logika kita, digarap serunut dan seobyektif mungkin,” tegasnya.
Terutama ketika jalur perdagangan mulai ramai dan banyak bangsa-bangsa mendatangi tanah Banjar, pada saat itulah bangsa Tiongkok juga mendaratkan diri. (L212)
