LANGKAR.ID, Banjarmasin – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan (Kalsel) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Workshop bertajuk Ekspresi Indonesia Muda, Rabu (20/4/2022) di Gedung PWI Kalsel, Jalan Pangeran Hidayatullah, Banjarmasin.
Mengusung tema “Pelibatan Pemuda Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme Dengan Pitutur Kebangsaan” Workshop diikuti oleh 115 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan perwakilan organisasi kepemudaan di Kalsel.
Direktur Pembinaan Kemampuan (Binpuan) pada Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT RI, Brigjen Imam Margono yang hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut, memberikan penjelasan tentang pentingnya upaya untuk membentengi para pemuda dari faham-faham radikal.
“Kaum muda saat ini adalah pengguna dominan media sosial dan sebagian cenderung menyukai konten-konten intoleran, untuk itu kita literasi agar mereka bijak dalam menggunakan media sosial,” ungkapnya.
Meski demikian, ia menyebut potensi kaum muda terpapar faham radikal di Kalsel masih dalam taraf aman, sehingga penting diberikan benteng sejak dini, berbeda dengan daerah di luar sana yang memiliki potensi lebih tinggi di kalangan muda.
“Di Kalsel ini masih tarap aman, masih soft dan cool, untuk itu harus kita bentengi agar tidak keluar dari zona soft dan cool itu,” paparnya.
Selain kegiatan workshop seperti ini, BNPT bersama FKPT juga telah melakukan sejumlah kegiatan pasca terorisme, lanjutnya. Seperti pembinaan terhadap Napiter dan keluarganya yang meliputi pembinaan wawasan kebangsaan, wawasan agama dan wawasan entrepeneur.
“Deradikalisasi melalui pembinaan-pembinaan terhadap Napiter dan keluarganya terus kita lakukan. Agar mereka bisa kembali ke masyarakat,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua FKPT Kalsel Aliansyah Mahadi mengatakan, kegiatan ini merupakan kolaborasi pihaknya dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) guna memberikan perlindungan terhadap para pemuda dari paparan faham-faham radikalisme dan terorisme.
Dijelaskannya, dari data tahun 2020 sebanyak 15,2 persen masyarakat masuk dalam indeks potensi radikal.
“Data menunjukan 85 persen dari 12,2 persen yang masuk dalam indeks potensi radikal itu adalah anak muda, ini hal yang luar biasa,” katanya.
Belum lagi penyebaran konten-konten berbahaya di media sosial yang membayangi para generasi muda.
“Kegiatan ini adalah upaya kita membentengi anak-anak muda kita, paling tidak mereka memiliki bekal untuk menangkal intoleran dan faham radikal,” tutupnya. (L186)