LANGKAR.ID, Banjarmasin – Bupati Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel) resmi menjadi Presiden Anak Yatim Indonesia.
Kepastian itu setelah dirinya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Forum Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) dalam Musyawarah Nasional (Munas) II yang berlangsung di Banjarmasin baru-baru ini.
Untuk diketahui, sebutan Presiden Anak Yatim disematkan pada orang yang terpilih sebagai Ketua Forum LKSA-PSAA.
Setelah terpilih, Zairullah langsung tancap gas dengan mengusung sejumlah program dalam pengembangan dan pengelolaan anak yatim.
Zairullah mengatakan ada sejumlah target dalam kepengurusannya yang menjadi prioritas dalam menjalankan roda organisasi.
“Kita ingin membenahi organisasi supaya kemudian memang sungguh-sungguh bisa memberikan hasil pada kepentingan pembinaan dan pengasuhan anak yatim di seluruh Indonesia,” ujar Zairullah Azhar dalam keterangan persnya yang diterima, Senin (10/10/2022).
Dalam rangka pembenahan organisasi, Zairullah mengaku akan membentuk pengurus di masing-masing provinsi dan kabupaten kota di Indonesia.
“Karena memang tidak semua daerah di Indonesia memiliki katakanlah Koordinator Daerah (Korda). Di Kalsel saja baru ada dua Korda, itupun belum menyentuh semua panti asuhan,” jelasnya.
Selain itu, Zairullah menambahkan bahwa penggunaan kata panti telah diputuskan tidak akan digunakan lagi selama masa kepengurusannya.
Keputusan itu diambil untuk menghilangkan persepsi negatif terhadap anak-anak yang hidup dan tumbuh di panti asuhan.
“Kita putuskan bersama bahwa kita sudah meninggalkan istilah panti, karena kita berharap ke depan tidak ada ada lagi rasa termarginalisasi kepada anak yatim. Walaupun nama pengganti panti belum kita putuskan,” tambahnya.
Target selanjutnya kata Zairullah adalah, memikirkan bagaimana anak-anak yatim di Indonesia yang jumlahnya sekitar 4 juta jiwa mendapatkan pendidikan layak agar mampu bersaing menjadi generasi penerus bangsa.
Menurutnya, pendidikan anak yatim tidak boleh hanya sampai pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, melainkan harus bisa menjadi sarjana.
“Harapan kita mereka semua bisa kuliah dan menjadi sarjana sehingga semakin mudah masuk ke dunia kerja,” pungkasnya.