LANGKAR.ID TANAH BUMBU – Wakil Ketua Komis II DPRD Provinsi Kalsel Muhammad Yani Helmi menyambangi Desa Saring Sungai Binjai dan Beringin untuk menjaring aspirasi warganya, Rabu (8/2/2023).
Ia sempat kaget Ketika mendengar harga beras lokal di pasaran yang kian meroket serta tembus diharga Rp 21.000,-/liter.
Kendati terus merangkak naik, namun kenaikan tersebut bukan menjadi keuntungan bagi petani dipedesaan melainkan merugi, dimana banyak tanaman mereka yang terserang hama tungro.
Sehingga menyebabkan gagal panen, dan penurunan produksi beras hingga berimbas pada kenaikan harga.
“Dari titik desa pertama hingga sekarang ini masih saja permasalahan beras. Jangan sampai daerah ini juga terdampak inflasi dan itu tidak kami inginkan”katanya.
Ia juga menjelaskan jika daerah Kusan Hilir dan Tengah berhasil panen tanpa terdampak tungro maka terjadi surplus dan tidak kekurangan.
“Petani harus kita perhatikan, agar tidak berdampak pada inflasi”pintanya.
Wakil Ketua Komis II DPRD Provinsi Kalsel Muhammad Yani Helmi yang biasa akrab disapa Paman Yani juga membeberkan bahwa saat ini inflasi di Banjarmasin berada dikisaran 6,11 persen. Terlebih, month to month (m to m) untuk kota berjuluk seribu sungai itu berhasil menyentuh 0,15 persen. Melihat ini terjadi, persoalan tersebut jangan sampai terdampak di Tanah Bumbu.
“Pertanian saat ini sangat penting. Perekonomian masyarakat bertumpu pada sektor hal tersebut. Bahkan, pertanian di Tanah Bumbu harus menjadi perhatian, kita tidak ingin adanya inflasi”ujarnya
“Yang perlu digaris bawahi tadi jalan usaha tani, pengairan (irigasi) dan ketersediaan pupuk. Jadi tolong lah pupuk ini dipermudah agar petani kami di sini bisa membantu memperbaiki perekonomian minimal di daerahnya sendiri,” tambahnya.
Tak hanya Banjarmasin, ia menjelaskan, Bumi Saijaan pun terdampak inflasi beras mencapai 0,10 persen. Hal ini lah yang mendorong bertambahnya inflasi di Kalsel. Begitu pula Tanjung yang mencapai 0,12 persen.
“Ini yang menjadi perhatian kita ternyata beras terdampak inflasi. Kami tidak ingin terjadi itu seperti di Kotabaru, apabila produksi melimpah tentu inflasi terkendali,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Saring Sungai Binjai, Anafson Hadi, mengutarakan, yang menjadi kendala dalam sektor pertanian mereka adalah sulitnya mendapatkan pupuk. Alih-alih mendapatkan, harganya pun diketahui mencapai di atas standar bersubsidi.
“Sekarang ini sangat sulit mendapatkan pupuk di agen karena mereka bilang pasti habis. Tercatat ada 550 petani yang produktif dengan rata-rata angka 90 persen. Kami juga memiliki 16 penggilingan padi,” paparnya.
“Solar di sini langka, karena dimonopoli oleh pelangsir sehingga yang dijual kepada warga mampu menembus harga 18. 000 hingga 20.000 rupiah per liternya,” bebernya.
Sementara dilokasi berbeda, Sekretaris Desa (Sekdes) Beringin, Fardiansyah, menyampaikan, produksi beras di desanya mampu menghasilkan ratusan ton dalam sekali panen dengan luas lahan persawahan 500 hektare.
Namun, karena cuaca beberapa hari terakhir ini diketahui ekstrim membuat sektornya berdampak.
“Saat ini masih menanam. Keterlambatan ini terjadi karena curah hujan yang cukup tinggi dan ini menghambat pertumbuhan padi sehingga membuat keterlambatan panen,” ucapnya. (L212)