BerandaINTERNASIONALHadapi Tantangan Perubahan Iklim, Indonesia Perkuat Kerjasama Manajemen Air di Asia

Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Indonesia Perkuat Kerjasama Manajemen Air di Asia

LANGKAR.ID, Glasgow – Indonesia masih menghadapi permasalahan manajemen air yang serius, akibat perubahan iklim dan urbanisasi yang masih tinggi. Seperti banjir, kekeringan, kenaikan muka air laut.

Hal ini, dikatakan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, di hari ketiga Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia. Tepatnya di sesi khusus Asia Water Council (AWC) Climate Change High-Level Roundtable.

Sesi ini, turut dihadiri Menteri Lingkungan Korea Han Jeoung-ae, Menteri Pengembangan Energi Tenaga Air, Angin, dan Surya Sri Lanka Duminda Dissanayake, Managing Director General Asian Development Bank Woo-Chong Um, President K-Water Jae-Hyeon Park.

Kemudian, Presiden International Water Resources Association Gabriel Eckstein, Deputi Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Kamboja, Duta Besar Kerjasama Lingkungan Korea Jung-Wk KIM, dan Utusan Khusus Perubahan Iklim Mongolia Batjargal Zamba.

Dalam paparannya, Basuki mengatakan, Kemen PUPR RI telah melakukan antisipasi berbagai permasalahan manajemen air. Seperti pelaksanaan manajemen sumber daya air terpadu, peningkatan kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi.

Serta penyediaan layanan sumber daya air yang efektif. Seperti untuk kebutuhan sehari-hari, irigasi, industri dan pengendalian banjir. Termasuk pemanfaatan bendungan untuk sumberdaya energi terbarukan.

Basuki berharap Indonesia bisa belajar, bertukar pengalaman dan bekerja sama dengan negara-negara Asia lainnya. Khususnya dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dalam platform AWC.

“Kita bisa belajar dari negara-negara Asia, tentang bagaimana menghadapi tantangan perubahan iklim bersama-sama,” kata Basuki melalui keterangan pers tertulis yang diterima langkar.id Kamis (04/11/2021).

Saat ini, menurut Basuki, seluruh dunia berjuang menangani pandemi Covid-19. Serta konsekuensi ekonomi dan sosialnya. “Penyediaan air bersih untuk mendukung penerapan protokol kesehatan, menjadi tujuan penting utama bagi sektor infrastruktur publik,” kata Basuki.

[nextpage title=”Konsumsi Air Bersih Meningkat Tiga Kali Lipat Selama Pandemi Covid-19″]

Studi terbaru Indonesia Water Institute menunjukkan, konsumsi air bersih selama pandemi Covid-19, meningkat tiga kali lipat dari kondisi normal. Dimana total konsumsi air rumah tangga, mencapai sekitar 995 hingga 1.415 liter per hari.

Indonesia dikatakan Basuki, merupakan negara kepulauan yang sangat besar dengan jumlah penduduk sekitar 271 juta jiwa.  Berdasarkan kajian Kementerian PUPR, potensi air permukaan di Indonesia sekitar 2,78 triliun m3.

“Namun, seperti halnya negara-negara Asia lainnya, Indonesia menghadapi tiga masalah air. Yaitu terlalu banyak, terlalu sedikit, dan terlalu kotor.  Masalah-masalah ini saling terkait yang berpotensi menjadi bencana perubahan iklim dan masalah sosial-ekonomi,” ujar Basuki.

Ditegaskan Basuki, air adalah dasar kehidupan dan penghidupan. Serta kunci pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan air yang sukses, menurutnya, mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

“Terutama SDG poin ke enam, yakni memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua,” katanya.

Untuk mencapai pembangunan sumber daya air dan air minum, Indonesia masih mengandalkan belanja publik atau APBN yang tidak akan mencukupi. Oleh karena itu, harus diatasi dengan solusi terintegrasi yang didukung skema pembiayaan baru.

Selain itu menurut Basuki, juga perlu pengelolaan aset sesuai skema kerjasama (APBN/PPP/investasi). Serta mengoptimalkan manfaat pembangunan infrastruktur dari hulu hingga hilir.

Seperti bendungan multiguna yang menghasilkan pendapatan dengan menyediakan pembangkit listrik tenaga air. Selanjutnya mengembangkan Potensi Dana Air untuk mendorong investor membiayai proyek secara optimal dan tepat sasaran.

Serta memanfaatkan Big Data dan Smart Water untuk mengatasi permasalahan di sektor air bersih. Seperti proses monitoring yang tidak efektif dari sistem hulu ke hilir terutama pada kondisi ekstrim.

Turut mendampingi kunjungan kerja Basuki selama tiga hari di Glasgow, yakni Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Hubungan Antar Lembaga Asep Arofah,

Serta Staf Khusus Menteri PUPR Firdaus Ali, Direktur Utama PT. Brantas Abipraya Sugeng Rochadi dan Direktur Pemasaran dan Pengembangan PT. Nindya Karya Moeharmein Zein Chaniago (L008)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BACA JUGA