Oleh : Mohammad Effendy – Forum Ambin Demokrasi
LANGKAR.ID, BANJARMASIN – Di dunia sufi ada sebuah cerita menarik berkaitan dengan peristiwa pelaksanaan hukuman bakar terhadap Nabi Ibrahim as atas perintah Raja lalim Firaun. Ketika api sedang berkobar hebat terlihat segerombolan semut sedang menyemburkan air liurnya. Seekor cecak yang berada tidak jauh dari gerombolan semut tersebut tertawa sinis sembari berkata; wahai semut untuk apa melakukan perbuatan sia-sia itu, air liurmu jelas tidak mungkin dapat memadamkan kobaran api.
Semut dengan tenang menjawab; kami tahu air liur ini jelas tidak akan dapat memadamkan api, tapi kami ingin agar malaikat mencatat niat tulus ini sebagai bukti bakti kami kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Kami ingin menunjukkan bahwa kezaliman dan ketidakadilan harus dilawan dengan cara apapun yang dapat dilakukan serta dengan kemampuan yang kita miliki.
Dialog sufi tersebut sarat dengan makna spiritual, dan tentu saja tidak hanya terbatas pada peristiwa pembakaran dimaksud. Kesewenangan dan ketidakadilan akan terus terjadi dalam berbagai bentuknya serta selalu mewarnai dinamika kehidupan manusia sepanjang sejarah. Sikap gerombolan semut dan perilaku cecak dalam simbol cerita di atas disadari atau tidak disadari juga dilakukan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita hari ini.
Setiap orang memiliki pilihan dalam hidupnya, apakah ia ikut berjuang untuk membangun keadilan dan kedamaian sebagai tugas utama yang diamanahkan oleh Tuhan selaku Khalifah di bumi, atau ia membiarkan semuanya itu terjadi tanpa berbuat apapun karena merasa ketidakberdayaan, dan/atau bahkan ia sendiri yang menjadi pelaku utama yang merekayasa timbulnya ketidakadilan.
Dalam berbagai komunitas di mana kita berada dan saling berinteraksi di dalamnya selalu akan ditemukan orang-orang yang mengobarkan semangat perubahan menuju ke arah kehidupan yang lebih baik, lebih adil dan lebih menjamin kedamaian bersama. Akan tetapi juga akan ditemukan mereka yag bersuara sinis, berbicara dengan keraguan, serta sikap acuh dan ketidakpedulian karena menganggap itu bukan urusannya.
Mereka yang terdidik seyogianya memiliki tanggungjawab moral untuk ikut memberikan andilnya bagi kemaslahatan bersama. Nilai-nilai spiritual agama mengajarkan bahwa kita semua berkewajiban membangun dan menegakkan kebenaran serta keadilan. Untuk itu; gunakan tanganmu jika kebetulan memiliki “kekuasaan dan kewenangan”, berdayakan kemampuan pikiranmu untuk mengajak orang agar menggunakan akal sehatnya – karena akal sehat selalu mengarah kepada kebaikan. Akan tetapi jika kita tidak memiliki apa-apa, maka berkontribusilah dengan “doa” – bukan dengan sinisme.
Bangsa kita sedang menghadapi banyak masalah dalam penyelenggaraan pemerintahan termasuk proses pembuatan kebijakan publik yang akan membawa dampak besar bagi masyarakat luas. Tugas kita adalah mengawal perencanaan dan pelaksanaan program pemerintahan baik dalam bentuk kritikan untuk mengingatkan adanya kemungkinan terdapat implikasi negatif, atau memberikan dukungan yang didasarkan kepada analisis ilmiah berbasis data yang valid.
Tugas besar tersebut harus kita lakukan secara bersama dengan mengedepankan pikiran-pikiran jernih serta menghindari subjektivitas yang berlebihan. Disadari bersama bahwa institusi-institusi negara masih banyak yang belum optimal melaksanakan fungsinya, sehingga menimbulkan banyak problem di lapangan. Selain itu masih terdapat orang-orang yang hanya mencari keuntungan jangka pendek dengan melakukan aneka penyimpangan.
Persoalan serius yang sedang kita hadapi adalah kurangnya kemandirian Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kita semua khawatir serta merasakan adanya kekuatan besar yang berada di belakang layar yang ikut terlibat dalam pengambilan kebijakan dan keputusan berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Pesan suci yang ingin disampaikan adalah; mereka yang sedang diberi amanah jabatan sebaiknya melakukan perenungan bahwa rakyat sekarang ini sedang berada dalam penderitaan hidup yang berat. Jabatan yang sedang diemban itu akan menorehkan catatan sejarah; apakah mereka yang duduk di atasnya telah melakukan sesuatu yang berarti dan mengandung kemaslahatan bagi rakyatnya, atau sebaliknya justeru menambah beban derita dan kesengsaraan.(007)