Oleh : Mohammad Effendy – Forum Ambin Demokrasi
LANGKAR.ID,BANJARMASIN – Salah satu cendekiawan muslim yang cukup dikenal yakni almarhum Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah melontarkan gagasan kotroversial di awal bangkitnya rezim ordebaru, yaitu “Islam yes, Partai Islam no).
Munculnya gagasan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak faktor, dan salah satu kemungkinannya adalah terjadinya konflik yang tajam antar tokoh-tokoh Islam yang berada di arena politik dengan partai berbeda.
Cak Nur berpendapat bahwa perjuangan melalui partai politik sarat dengan konflik kepentingan sehingga terkadang disamping melupakan substansi yang ingin dicapai bersama, tetapi juga sering menggunakan simbol identitas (agama) agar mendapat dukungan.
Oleh karena itu agar simbol agama tidak dijadikan alat kepentingan politik, maka biarkan parpol mempunyai identitasnya sendiri yang netral – bebas dari identitas agama. Beliau menghendaki perlu ada wadah perjuangan bersama yang tidak menimbulkan banyak konflik kepentingan politik dalam upaya melakukan pembinaan ummat dan pengembangan karakter bangsa agar tumbuh generasi kuat yang cerdas serta memiliki kemampuan membawa misi “rahmatan lilalamin”.
Pengamatan Cak Nur tentang perilaku politisi yang menggunakan baju agama ketika itu ternyata tidak mengalami perubahan signifikan sampai dengan sekarang ini. Para politisi kita tanpa malu menyampaikan pidato dan pendapatnya yang bersemangat dengan mengemukakan berbagai program dan janji-janji politik untuk memajukan ummat. Akan tetapi kenyataannya, di samping janii-janji tersebut tidak pernah terealisasikan, perilaku mereka juga jauh dari nilai-nilai spritualitas sebagaimana isi gagasan yang mereka lontarkan.
Mereka yang menggunakan simbol-simbol identitas (agama) saat ingin meraih dukungan rakyat, perilakunya baik secara personal maupun institusinya tidak berbeda dengan mereka dan/atau institusi politik lain yang netral. Selanjutnya dalam pengambilan keputusan politik yang berkaitan dengan kepentingan orang-orang yang tadinya mendukung dan mempercayainya, ternyata sikap mereka tidak menunjukkan kesesuaian dengan identitas yang mereka “iklankan”.
Forum legislatif yang merupakan salah satu instrument demokrasi di mana mereka bekerja dan menjadi aktor utamanya, ternyata hanya berfungsi sebagai institusi pemberi legitimasi serta tempat berlangsungnya mediasi politik. Suara-suara keras dalam kegiatan rapat Komisi dengan mitra kerjanya yang diekspose oleh media seperti telah menggambarkan suasana panas dalam rangka pengawasan para wakil rakyat.
Akan tetapi semuanya tidak lain dari sebuah sandiwara politik, karena suara keras dan suasana panas tersebut hanya berlangsung sesaat, karena setelah itu terjadi negoisasi yang akan melahirkan “kesepakatan” baik melalui pimpinan komisi maupun lewat Ketua Umum Parpol. Terlebih ketika pembahasan mengenai RAPBN, hampir tidak terdengar suara yang bergema berkaitan dengan pentingnya penyediaan dana untuk kepentingan dan kebutuhan rakyat secara langsung.
Pembahasan yang panjang lebih banyak pada proyek yang mereka anggap prioritas dan besaran dana yang dapat dialokasikan. Maksud proyek prioritas tersebut tidak lain adalah berupa proyek pesanan, proyek yang terkait dengan sektor usaha yang mereka jalankan, atau proyek yang membuka peluang keuntungan bagi wakil rakyat.
Mungkinkah lahir politisi yang memiliki integritas di tengah kondisi yang absurd seperti ini ? Peluangnya memang sangat kecil, namun harapan kita lebih ditujukan kepada kelompok politisi muda yang sekarang masih berada di luar lingkaran yang absurd tersebut. Aktivis muda yang selama ini ditempa oleh pengalaman perjuangan untuk perubahan dan memiliki idealisme kuat untuk membangun masa depan bangsanya.
Mereka iniah yang kita harapkan dapat berdiri kokoh di tengah badai godaan yang begitu besar. Kelompk muda yang penuh semangat ini harus terus kita dorong dan sekaligus dibekali dengan berbagai wawasan kebangsaan seperti telah diwariskan oleh para pendiri negeri ini. Kita semua merindukan kehadiran politisi yang berintegritas – ibu pertiwi kita pernah melahirkan putera/i terbaik seperti yang kita rindukan tersebut.(007)