BerandaNASIONALProduksi Surplus, Indonesia Stop Impor Beras Umum Sejak 2019

Produksi Surplus, Indonesia Stop Impor Beras Umum Sejak 2019

LANGKAR.ID, Bogor – Sejak 2019, Indonesia tidak lagi mengimpor beras umum atau untuk Bulog. Hal ini, karena produksi berasĀ  di tanah air sudah surplus atau melebihi kebutuhan.

Hal ini, dikatakan Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi saat mengungkapkan data yang dirilis BPS.

“Setiap tahun produksi beras surplus lebih tinggi dari kebutuhan konsumsinya. Pada 2019 surplus beras 2,38 juta ton, 2020 surplus 2,13 juta ton dan 2021 surplus 1,31 juta ton,” kata Gandhi di Bogor, Rabu (30/03/2022).

Menurutnua, inilah capaian nyata perberasan di era pemerintah Presiden Jokowi-Ma’ruf Amin dan Kementerian Pertanian di bawah Komando SyahrulĀ YasinĀ Limpo.

Terkait adanya impor beras, Gandhi mengakui memang benar. Namun ia menegaskan, hal ini harus dicatat dan cerdas dipahami datanya.

Bahwa hal itu, adalah impor beras khusus kebutuhan restoran asing dan lainnya. Bukan beras konsumsi umum.

Bahkan Indonesia, faktanya dari data BPS pada 2021, ekspor beras untuk konsumsi sebanyak 3,3 ribu ton.

“Kita harus open mind. Perdagangan dunia saat ini semakin terbuka. Karena itu, adalah wajar ada ekspor dan juga ada impor,” kata Gandhi.

Menurutnya, negeri ini tidak bisa menutup diri harus 100 persen tanpa impor. Apalagi restoran Jepang membutuhkan beras khusus dari Jepang. Serta restoran asing sejenisnya dan menir pun dibutuhkan untuk pakan.

Berangkat dari ini, Gandhi menekankan, hal terpenting yang harus diprioritaskan dan dijaga adalah menggenjot ekspor pertanian lebih tinggi dari pada impornya. Sehingga neraca perdagangan pertanian selalu surplus.

Hal ini sudah terbukti ekspor pertanian 2021 sebesar Rp 625 triliun atau naik 38,6 persen dari 2020.

“Ini kita rujuk data BPS, satu-satunya lembaga negara yang diberi mandat merilis data,” ujarnya.

Gandhi menuturkan ekspor pertanian yang semakin meningkat setiap tahun, jauh lebih tinggi dibanding impor. Sehingga surplus setiap tahun neraca.

Pada 2021 surplus neraca perdagangan pertanian sebesar Rp 269 triliun. “Jadi lihatlah fakta neraca perdagangan ini. Indonesia itu negara besar dan basisnya ada di sektor pertanian,” kata Gandhi.

Karena itu, menurutnya, jangan melihat impor per jenis komoditas yang angkanya kecil-kecil itu. “Tapi lihatlah agregatnya ekspor pertanian besar yang didukung dari perkebunan,” katanya. (*/L008)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

BACA JUGA